APRESIASI NOVEL
Judul Cerpen : Mbirokateya
Pengarang : M. Raudhatul Jambak
Judul Buku: 5 cerpen terbaik program khusus 2008
Tahun terbit : 2008
oleh : Asep Kumar XII K1
oleh : Asep Kumar XII K1
I. Unsur Ektrinsik
Faktor luar yang mempengaruhi pengarang menulis cerpen “Mbirokateya” adalah factor social dan factor ekonomi yaitu keadaan seorang ibu yang ditinggal oleh suaminya saat melahirkan anaknya Mbirokateya dan dengan keadaan ekonomi yang menuntut diadan anaknya Mbirokateyauntuk berjuang dan bertahan hidup harus mencari makan ke tengah hutan dan menegakan hak kaum perempuan.
II. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema dari Cerpen “Mbirokateya” adalahperjuangan ibu dan anak untuk bertahan hidup dan ingin menegakan hak dan kehormatan kaum perempuan yang telah lama dibumihanguskan disuku pedalaman.
2. Tokoh
Ø Antagonis : Mbirokateya
Ma(Ibu Mbirokateya)
Ø Protaginis : Ayah Mbriokateya (Tidak disebutkan namanya)
Ø Figuran : Suami mama muda (Tidak disebutkan namanya)
3. Alur
Sinopsis
Isi dari cerpen “Mbirokateya” adalahhidup seorang perempuan, Ketika suaminya memukuli dan menendang perutnya lahirlah anak perempuan yang sekarang menajdi harapannya yaitu Mbirokateya. Namun hingga sekarang suaminya tidak pernah kembali, sehingga mereka hidup di perkampungan suku asmat, yang kehidupannya sangat keras harus berjuang mencari makan ke tengah hutan dan berjalan menyisir hutan demi bersekolah dan demi merubah keadaan perempuan-perempuan yang ada di kampungnya jangan sampai keadaannya selalu seperti nasib mereka. Mbirokateya yang menjadi tumpuan Ma akhirnya tidak bisa sesuai dengan harapan dan keinginan Ma yang begitu besar, akhirnya Mbirokateya tetep bersekolah walau kegadisannya sudah hilang karena direbut oleh suami mama muda (tidk disebutkan namanya)
Jenis Alur
Alur yang terdapat dalam cerpen “Mbirokateya” adalah campuran, berikut ini adalah sepenggal alur maju dalam cerpen tersebut :
“Ketika itu Ma hendak mengajaknya ke bevak (bangunan di tengah hutan).Sebenarnya Ma harus sendiri, sebab itu memang sudah menjadi ketentuan adat, tetapi Ma sengaja mengajaknya supaya dia cepat tau dengan keadaan perempuan dikampugnya.
Waktu fajar mulai mengingsing dan setiap kali bangun pagi selalu ada aja makanan di dapur, makanan yang dibungkus rapi dilipat daun pisang yang dipetik Ma setiap sore di kebun belakang.Makanan tersebut dibagi menjadi dua, satu buat bekal dan yang lainnya sekedar sarapan seadanya antara Mbirokateya dan Ma. Sehabis maka mereka segera beragkat diam-diam , menyisir perjalanan sepanjang hutan.”
Dan berikut merupakan alur mundur dalam cerita tersebut :
“senja bersama sinarnya yang kemerah-merahan menyapa di bilik teras dan rumah kelabu. Masa lalu itu terus saja melintas. Ketika itu Ma duduk dekat daun pintu, sedang Mbirokateya bermain-main sebisa mugkin apa yang membuat hati riang.
Mbirokateya kesini sebentar” Ma berseru, “ jangan sering bermain, kapan kamu akan belajar? Lekas ambil buku yang diajari gurumu di sekolah lalu duduklah di sampingku!” dengan rasa kesal Mbirokateya segera mengambil buku didalam tas dan berpura –pura membacanya sambil sedikit berkomat-kamit namun hatinya tak dapat dibohongi bahwa seusianya selalu saja ingni bermain-main”.
Tahapan Alur :
Tahap ini menerangkan setting awal cerita, tokoh utama Ma yang mengajak anaknya Mbirokateya untuk pergi ke bevak ditengah hutan walaupu hari masih pagi dan baru menyingsing fajar.
“Ketika itu Ma hendak mengajaknya ke bevak (bangunan di tengah hutan).Sebenarnya Ma harus sendiri, sebab itu memang sudah menjadi ketentuan adat, tetapi Ma sengaja mengajaknya supaya dia cepat tau dengan keadaan perempuan dikampugnya.
Waktu fajar baru mulai menyingsingkan auranya menyinari seluruh kebekuan alam siesta. Mbirokateya ingat denganapa yang dilakukan ma, sebelum mengajaknya menuju bevak, memulai rutinitas sebagai perempuan, sebagai ibu. Hutan inilah rumah sebenarnya bagi mereka.Berdinding belantara.Tempat kelahiran dan kematian.Hitungan ratusan tahun mereka diami tempat ini.Menghirup segala, menyatu dengan segala.”
b. Generating Circumtances (Cerita mulai bergerak)
pada tahap ini mulai ada pergerakan cerita, yaitu ketika Ma menceritakan anak yang tidak mengenl bangku sekolah dan sosok perempuan yang selalu direndahkan oleh kaum lelaki di kampungnya. Berikut cuplikannya :
“Kau tau, Sali (Rok dari serat kayu,kulit kayu,rumput yang dirangkai menjadi jumbi-jumbi yang dililitkan pada pinggang dan diikat, pada anak perempuan /kaum wanita asmat) yang masih menjaga kehormatan keperempuanan kita, menghadang segala kejahatan yang berasal dari balik koteka kaum lelaki, diantara bidang telanjang dada mereka. Ketelanjanga kita, ketelajangan yang terhormat.Ruang tulang yang meninggalan bentuk dari kulit yang tipis dan hitam, bergrigi, didad perempuan kampong kita yang membusung.Kehitaman anak-anak di kampung kita adalah yang bersahaja. Mulai dari kaki sampai wajah, rambut gimbal bergulung, perut anak-anak kampug kita yag yang menyimpan da menjaga kesejarahan, membusung. Tidak ada keinginan mereka untuk mengenal bangku sekolah.Mereka hanya mengenal tanah berpijak, bergelut dengan lumpur, berlari menaklukan bukit da merambah sudut hutan yang sunyi.Apalagi yang yang data kita jaga selain kehormatan keperempuanan kita.Menghempang dari segala kebengisan hutan dan laki-laki hanya menyibukan diri bersetubuh dengan nira kelapa. Laki laki diaggap lemah jika tida bisa melesatkan panahnya ke jantung musuh, tak mampu menebas leher, apalagi menganut kepalanya di tangan, maka mereka tidak akan dihormati lagi, Mbirokateya! Apalagi yang kita punya selain kehormatan?Maka kita harus terus menjaga kehormatan perempuan di kampung kita, Mbirokateya.Harus!”
c. Rishing action (Muncul permasalahan)
pada tahap ini mulai ada permasalahan yang muncul, Ini semakin jelas menggambarkan bahwa kaum perempuan dikampung Ma semakin jelas terpinggirkan termasuk suami Ma yang sering memukul dan menendang Ma dan ketika kelahiran anaknya Mbirokateya pun suami Ma malah meninggalkannya.
“Tetapi lelaki yang mengaku bapak itu malah menjerit kehilangan nyali, honaisegera ditinggalkan, darah yang berceceran merupakan pantangan. Bukan keguguran dan jatuh pingsan yag menjadi persoalan. Katanya bisa menimbulkan penyakit dan kematian, apalagi membasahai lantai honai. Darah kehamilan harus ditumpahkan di dalam bevakdi tengah hutan, sendiri. Disinilah kita akhirnya menyimpulkan, bahwa kemanusiaan sebagai hak kaum perempuan telah lama dibumihanguskan, Mbirokateya! Perempuan adalah manusia yang terpinggirkan.Jangankan sekedar bermain lumpur dan berenang di sungai.Menikmati titik rintik hujan turun saja harus bersiap dibantai.Perempuan adalah penunggu dapur.”
d. Climax (Konflik)
Pada tahap ini konflik mencapai pada puncaknya, ketika Ma meninggalkan Mbirokateya dengan cara TesserdanMa berharap Mbirokateya harus tetap sekolah walau apapun yang terjadi dan sekolah harus tetap diperjuangkan. dan rumah saudara perempuan Ma menjadi persinggahan terakhir Mbirokateya. Berikut cuplikannya :
“Mbirokateya menghela nafas. “Ma memperjuangkan agar aku tetap sekolah.Aku menyanggupi.Tesser harus dihidupkan, perempuan sebagai makhluk sacral.Perempuan perwujudan kedua mama tua, ucukamoraot(roh pohon beringin) dan paskamoraot(roh kayu besi), yang dilahirkan oleh ibu bumi.Aku harus tetap sekolah walau apapun yang terjadi sekolah tetap harus diperjuangkan.”
“Angin berhembu memecah sunyi.Mbirokateya bakal menapaki sepi.Segalanya masih begitu jauh.Mbirokateya tak sabar melempar sauh.Segalanya begitu sederhanajauh dari kesan pesta da hura-hura.Pakaian hanya sekadarnya dan tak layak untuk pesta.Sepasang sandal yang sudah usang adalah tanda semangat berjuang.Nokenmenjadi saksi, sebuah ijazah sekolah rakyat yang diletakan di dalam, damitnya erat0-erat. Air mata Ma hsnya tertahan, ia tidak ingin rindu memikul beban. Menghadang resah melihat Mbirokateya sekolah.Ma bahagia.Desa Bis Agatsaka menjadi saki cerita.Tercapainya segala cita-cita.Sejumlah uang seadanya jadi bekal sampai disana.Dan rumah saudara perempuan Ma menjadi persinggahan akhirnya.”
e. Solution (Pemecahan masalah)
pada tahap ini konflik mulai terselesaikan, Mbirokateya terus mempelajari cara perempuan suku mayu berladang, dan melakukan pakomberdan dia juga terus berjuang dengan bekerja pada seorang majikan, sering menahan lapar dan sering menumpang dikapal yang singgah di dermaga semuanya dilakukan demi belajar dan cita-citanya yang sudah ia rangkai bersama Ma.
f. Ending (Akhir cerita)
Tahapan akhir dari cerita pendek “Mbirokateya” adalah berakhir sungguh tragis karena anaknya Ma yaitu Mbirokateya harus kehilangan kegadisannya yang sudah direbut oleh suami mama muda.Dan diapun kembali ke kampungnya di bevak.
“Mbrokateya mmegangi perutnya.Peluh mengucur deras dari dahi dan sekujur tubuhnya.Ia masih teringat pesan MA. Perasaan menyesal seperti tiada guna, pikirnya, kininia yang harus berada dalam bevak sendirian. Sebab, suami mama muda telah berhasil membobol pintu kamarnya diam-diam dan membobol pintu kegadisannya dengan ancaman setelah ia kelelahan pulang dari sekolah diperkampungan ewer. Dan akhirnya kembali ke kampung, segera menuju bevak.”
4. Latar
a. Tempat
· Pinggir Hutan
“Makanan tersebut dibagi menjadi dua, satu buat bekal dan yang lainnya sekedar sarapan seadanya antara Mbirokateya dan Ma. Sehabis maka mereka segera beragkat diam-diam , menyisir perjalanan sepanjang hutan”
b. Waktu
· Pagi-pagi
“Waktu fajar mulai menyingsingkan auranya menyinari seluruh kebekuan alam semesta.Mbirokateya ingat dengan apa yang dilakukan Ma, sebelum mengajaknya ke bevak di tengah hutan, memulai rutinitasnya sebagai permpuan, seorang ibu.”
c. Suasana
· Khawatir dan menyesal
“Mbirokateya memegangi perutnya.Peluh mengucur deras dari dahi dan sekujur tubuhnya.Ia masih teringat pesan Ma. Perasaan menyesal seperti tiada guna, pikirnya. Ketika itu Ma hendak mengajakya ke bevak ditengah hutan.”
· Terkjut
“Mbirokateya terkesiap.Terkejut.Perasaan bersalah itu selalu menghantui.Kata-kata Ma, yang sempat ikut orang luar seperti membekas.”
5. Watak/Karakter
Ma (Tokoh Utama) : Watak dari tokoh utama ini digambarkan secara analitik, yaitu : Gigih, pantang menyerah, penyabar dan terkadang agak sedikit egois. penulis menggambarkannya pada kalimat :
“Mbirokateya diam, ia merasa tidak punya cerita menarik pengganti kekakuan perjalanan.Berbeda dengan Ma, Ma sosok perempuan yang gigih, pantag menyerah dan penyabar.Walau terkadang agak sedikit egois dan keras juga.Itu perlu dimaklumi jika dikaitkan dengan masa Ma diwaktu muda.Aktif menyerukan kemanusiaan.
Mbirokateya : baik, sabar, gigih dan penurut.
6. Sudut Pandang
Cerpen “Mbirokateya” menggunakan sudut pandang orang ke 3 karena penulis menceritakan orag lain.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen “Mbirokateya” yaitu sangat berlimpah, mulai dari kalimat yang terucap dalam setiap paraghrafnya yang begitu istimewa dan kata-kata yang digunakan dalam menggambarkan cerita ini begitu puitis.Walau demikian justru hal itu yang membuat cerpen ini sangat jelas menggambarkan keadaan yang sedang terjadi.
8. Amanat
Hormatilah perempuan (Ibu kandung) karena beliau adalah yang melahirkan, membesarkan dan membimbing kita sejak kecil sampai sekarang ini.Tanpa beliau kita tidak ada dan tidak bisa seperti sekarag ini.
Hargailah kaum perempuan karena dengan adanya emansipasi wanita sudah menjelaskan bahwa hak kaum perempuan dan kaum lelaki sama. Dan melalui cerita ini penulis ingin lebih menakankan khususnya kepada para lelaki yang berada di daerah pedalaman jangan terus-menerus menyiksa dan mempekerjaka kaum perempuan.Mereka butuh kebebasan dan mereka butuh kebahagiaan.